Tokoh Penting dalam kemajuan Indonesia dan Afrika

Sep 03, 2024

|

Artikel Indonesia-Afrika ke-2

Ilustrasi: Diorama para pemimpin negara penggagas pada pembukaan Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 di Museum KAA (Foto: Musafir Timur, Shutterstock)

Pada pembukaan Konferensi Asia Afrika (KAA) tanggal 18 April 1955, Presiden Republik Indonesia yang pertama, Soekarno, dengan lantang dan bersemangat membacakan sebuah pidato yang membakar semangat para peserta KAA 1955. Momen bersejarah tersebut terjadi di Gedung Merdeka, Bandung.

Pidato Presiden yang biasa dipanggil Bung Karno tersebut, berdurasi 40 menit yang berjudul "Lahirkanlah Asia Baru dan Afrika Baru" yang menitikberatkan perlawanan untuk kemerdekaan dari penjajahan dan kolonialisme. 

Bung Karno mengangkat hal tersebut lantaran banyak negara peserta KAA 1955 merupakan negara-negara yang baru merdeka setelah Perang Dunia II berakhir. Mereka bersatu mengempaskan penjajahan pada satu kesamaan untuk bangkit dan merdeka, dan memulai tekad untuk pembangunan ekonomi, sosial politik, budaya, dan pendidikan. 

“Saya berharap bahwa akan menjadi kenyataan bahwa Asia dan Afrika telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu bahwa Asia baru dan Afrika baru telah lahir!“ ungkap Bung Karno dalam pidatonya yang mendapat standing applause dari seluruh peserta KAA 1955. 

Bung Karno merupakan tokoh sentral dan ikon, yang membawa semangat kemerdekaan. Namun, ada beberapa tokoh penting lainnya, yang memiliki andil besar dalam terwujudnya KAA 1955 dan memiliki andil besar dalam menjalin persahabatan Indonesia dengan negara-negara Afrika.

Berikut tokoh-tokoh penting yang turut memprakarsai KAA 1955:

  1. Ali Sastroamidjojo (Indonesia)

Ali Sastroamidjojo merupakan Perdana Menteri Indonesia yang menjabat pada tahun 1953-1955 dan 1956-1957. Berkat perannya, Indonesia bisa menjadi penyelenggara KAA. Ia menawarkan kepada perwakilan negara lain supaya Indonesia bisa menjadi penyelenggara konferensi dan berperan dalam meyakinkan sejumlah negara di Asia Afrika untuk mendukung Indonesia sebagai tuan rumah KAA 1955.

  1. U Nu (Myanmar)

U Nu merupakan Perdana Menteri Myanmar yang menjabat selama 3 periode, yakni pada tahun 1948-1956, 1957-1858, serta 1960-1962. Ia juga berjasa dalam mempelopori KAA 1955 dan juga dikenal sebagai sastrawan yang menerbitkan sejumlah novel. 

  1. Jawaharlal Nehru (India)

Perwakilan dari India ini merupakan Perdana Menteri India yang menjabat antara tahun 1947 sampai 1964. Selain sebagai salah satu pihak yang memprakarsai KAA, ia juga merupakan salah satu perumus Dasasila Bandung yang merupakan hasil dari KAA. Setelah KAA usai, ia terlibat sebagai pendiri Gerakan Non Blok sekaligus menjadi tokoh politik internasional.

  1. Mohammad Ali Bogra (Pakistan)

Ali Bogra merupakan Founding Father Pakistan. Julukan itu didapat saat ia memimpin kemerdekaan Pakistan atas India yang saat itu masih dijajah Inggris. Ia pun turut serta dalam melindungi dan meningkatkan hak-hak politik, serta kepentingan umat Islam di Pakistan dan India. Selain memprakarsai KAA, ia juga aktif memperjuangkan memperjuangkan hak-hak umat Islam lewat organisasi Liga Muslim India.

  1. Sir John Kotelawala (Sri Lanka) 

Perwakilan dari Sri Lanka ini merupakan seorang tentara, politisi, sekaligus Perdana Menteri Sri Lanka yang menjabat dari 1953 sampai 1956. Pada forum Konferensi Kolombo, ia mendorong para negara di Asia dan Afrika untuk membicarakan permasalahan di negara mereka. Dari situ, akhirnya Konferensi Asia Afrika pun dilaksanakan. Pada penyelenggaraan KAA, John Kotelawala berpidato yang isinya mengkritik kepemilikan senjata nuklir negara-negara barat. Ia pun juga mengajak para peserta KAA untuk ikut serta menjaga perdamaian dunia.

Indonesia-Africa Forum 2024

Sementara itu, pada 1-3 September 2024, bertempat di kawasan Nusa Dua, Bali. Pemerintah Indonesia kembali menginisiasi Indonesia-Africa Forum (IAF) untuk kali ke-2. Tahun ini, IAF ke-2 mengusung tema “Bandung Spirit for Africa's Agenda 2063. Tema tersebut mengacu kepada spirit pertemuan negara-negara Asia dan Afrika pada Konferensi Asia Afrika 1955.

IAF ke-2, dibuka dan diresmikan oleh Presiden Republik Joko Widodo, dan dihadiri oleh 6 pemimpin negara-negara Afrika, antara lain Presiden Liberia Joseph N. Boakai didampingi istri, Kartumu Yarta Boakai, lalu Presiden Rwanda, Paul Kagame, disusul kehadiran Presiden Zanzibar Hussein Ali Mwinyi, lalu ada Perdana Menteri Eswatini, Russel Mmiso Dlamini, serta Wakil Presiden Zimbabwe, Kembo Champbell Dugishi Mohadi.

Selain para pemimpin negara-negara Afrika turut hadir juga Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao, para menteri Kabinet Indonesia Maju, Ketua DPR RI Puan Maharani, para ketua parlemen dari beberapa negara undangan, serta pejabat pemerintahan Indonesia dan Afrika, juga stakeholder dari unsur swasta.

Tag: