Kerja sama Selatan-Selatan dan Masa Depan Negara Berkembang

Aug 31, 2024

|

Artikel Indonesia-Afrika ke-2

Ilustrasi Penampakan Aerial Kota Jakarta di Siang Hari (Source: AsiaTravel, Shutterstock)

Kerja Sama Selatan-Selatan (KSS) telah menjadi pilar penting dalam dinamika hubungan internasional, khususnya di antara negara-negara berkembang. Konsep kerja sama yang menekankan pada solidaritas dan kemitraan antarnegara di belahan bumi selatan ini semakin relevan dalam konteks globalisasi yang semakin kompleks.

KSS dilakukan melalui kerangka kerja sama yang luas antara negara-negara di Selatan dalam domain politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan teknis. Kerja sama ini melibatkan dua atau lebih negara berkembang, yang dapat terjadi secara bilateral, regional, intraregional, atau interregional. 

Melalui kolaborasi Selatan-Selatan, negara-negara berkembang berbagi pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan sumber daya untuk mencapai tujuan pembangunan mereka melalui upaya bersama.

Apa itu Selatan-Selatan? 

Sebenarnya, istilah Selatan-Selatan bukan hanya untuk negara-negara yang berada di Bumi Selatan. Dikutip dari laman The Loop, referensi kata Selatan pertama kali muncul di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada era 1960-an, terutama setelah Perang Dingin. Ini juga merujuk pada negara-negara yang mengalami masa kekuasaan kolonial yang berada di wilayah Asia, Afrika, dan Amerika Latin. 

Selatan-Selatan kemudian berkembang menjadi kerjasama lintas regional dan multilateral dengan mengacu pada Konferensi Bandung tahun 1955, Gerakan Non-Blok, dan Kelompok 77 di PBB. Ini adalah ruang tiga benua dan praktik kerjasama yang menjadi ruang perlawanan terhadap dominasi kekuatan kolonial sebelumnya. 

Sejarah peran Indonesia bekerjasama dengan Selatan-Selatan sudah mulai ketika Indonesia menjadi pelopor Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955. Hasil dari pertemuan tersebut menjadi dasar solidaritas dan kerjasama negara berkembang yang saat itu baru terbebas dari kolonialisme.

Kini, Kerjasama Selatan-Selatan (KSS) adalah skema kerja sama antar negara berkembang yang dilakukan melalui berbagai hubungan bilateral dan multilateral secara mutual.

Tujuan yang Hendak Dicapai

Modalitas lain dari Kerja Sama Selatan-Selatan adalah kerja sama Triangular, di mana negara-negara donor tradisional dan organisasi multilateral memfasilitasi inisiatif Selatan-Selatan melalui penyediaan pendanaan, pelatihan, manajemen, dan sistem teknologi, serta bentuk dukungan lainnya.

Dikutip dari laman resmi PBB, tujuan kerjasama Selatan-Selatan adalah: 

  1. Meningkatkan kemandirian negara berkembang dengan meningkatkan kapasitas kreatif mereka untuk menemukan solusi dan kapasitas teknologis untuk masalah pembangunan mereka serta merumuskan strategi yang diperlukan untuk mengatasinya.
  2. Mendorong dan memperkuat kemandirian kolektif di antara negara berkembang melalui pertukaran pengalaman yang mengarah pada kesadaran lebih besar terhadap masalah bersama dan akses yang lebih luas ke pengetahuan yang tersedia.
  3. Mengakui dan merespons masalah serta kebutuhan negara-negara yang paling kurang berkembang, negara berkembang yang berdaratan, negara kepulauan kecil yang berkembang, dan negara-negara yang paling terdampak oleh, misalnya, bencana alam dan krisis lainnya serta memungkinkan mereka mencapai tingkat partisipasi yang lebih besar dalam kegiatan ekonomi internasional.

Tujuan ini juga menjadi dasar dalam pelaksanaan Forum Indonesia-Afrika kedua atau Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2. Tema ”Semangat Bandung untuk Agenda 2063 Afrika” dipilih untuk IAF ke-2 karena menunjukkan solidaritas Indonesia dan negara-negara Afrika sebagai bagian dari dunia selatan (global south), yaitu negara-negara yang sama-sama sedang berkembang.

Menurut Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury, kesamaan kepentingan dan nilai inilah yang akan membedakan kerja sama Indonesia-Afrika dengan negara-negara lain. Pahala menjelaskan bahwa Konferensi Asia Afrika (KAA) merupakan hubungan historis yang cukup panjang antara Indonesia dan kawasan Afrika. Semangat itu, diharapkan dapat mempererat solidaritas kedua kawasan dalam kerja sama untuk mencapai agenda masing-masing. Indonesia mempunyai Visi Indonesia Emas 2045, sedangkan Afrika mempunyai agenda 2063.

Dalam konteks geo-politik saat ini, kerja sama dunia selatan tersebut memiliki peran semakin penting. Di tengah meningkatnya rivalitas dan tensi negara-negara besar dunia, IAF ke-2 merupakan momentum untuk menegaskan bahwa kerja sama dunia selatan tidak harus berpihak pada salah satu kekuatan besar dunia saat ini.

Hal tersebut juga sesuai dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Diharapkan, ajang ini akan menunjukkan bagaimana Indonesia bisa bekerja sama dengan semua pihak, baik itu negara maju, berkembang, maupun negara-negara yang sedang bersaing, atau juga dengan negara-negara dunia selatan lainnya.

Tag: