HLF MSP dan IAF ke-2, Penggerak untuk Percepatan Mencapai SDGs

Aug 31, 2024

|

Artikel Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multi Pihak

Ilustrasi Kerja sama dan Kemitraan (Source: miniartkur/Shutterstock)

Setelah sukses menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi G20 pada tahun 2022, dan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN pada 2023, Indonesia kembali berkesempatan menjadi tuan rumah pertemuan internasional.

Tahun ini, Indonesia menjadi pelaksana pertemuan internasional High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) atau Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak yang diselenggarakan di Bali, pada 1-3 September 2024. 

High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships mengusung tema “Strengthening Multi-Stakeholder Partnerships: Towards a Transformative Change." Tema tersebut diharapkan dapat memperkuat solidaritas kemitraan inklusif dan inovatif dalam menghadapi tantangan global serta mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) di tahun 2030.

Bagi Indonesia, TPB/SDGs sejalan dengan Visi Indonesia Emas 2045 melalui kemitraan multipihak yang inovatif dan transformatif.

Penyelanggaraan HLF MSP 2024, didesain untuk fokus pada pembahasan tiga pilar inti. Pertama, Multi-Stakeholder Partnerships for Strengthening South-South and Triangular Cooperation, yakni kemitraan lintas negara yang memperkuat kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular guna menciptakan solusi bersama dalam menghadapi tantangan global.

Kedua, Enhancing Welfare and Sustainability through Sustainable Economy, yaitu merumuskan strategi kolaborasi untuk meningkatkan kesejahteraan dan keberlanjutan melalui ekonomi yang berkelanjutan dengan menekankan pada pentingnya integrasi lingkungan dalam pembangunan ekonomi.

Ketiga, Advancing Development through Innovative Financing, mendorong pembangunan melalui pembiayaan yang inovatif, yang menjadi kunci dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan secara efektif.

Indonesia-Africa Forum

Tidak hanya High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP), pada 1-3 September 2024, secara bersamaan dilangsungkan juga Indonesia-Africa Forum (IAF) untuk kali ke-2. Helatan IAF ke-2 rencananya akan dihadiri oleh beberapa kepala negara dari benua Afrika, dan akan dihadiri juga oleh pejabat pemerintahan, mitra, dan tamu-tamu undangan dari negara-negara Afrika.

Indonesia dan Afrika memiliki ikatan historis yang kuat sejak dulu kala, penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 18-25 April 1955 menjadi tonggak utama bagi kebangkitan negara-negara Asia dan Afrika. 

KAA yang berlangsung di Kota Bandung, Jawa Barat, 69 tahun silam, bukan saja menjadi forum yang mempertemukan pemimpin negara di Asia dan Afrika, tetapi telah menjadi simbol kebangkitan dan persatuan antara dua benua, Asia dan Afrika yang kaya akan sejarah dan budaya.

Karena itu, IAF ke-2 tahun 2024, mengusung tema Bandung Spirit for Africa's Agenda 2063 atau Semangat Bandung untuk Agenda 2063 Afrika. Tema tersebut merupakan langkah kongkret berlandaskan spirit dari Konferensi Asia-Afrika 1955. 

Dengan mengusung tema tersebut, IAF ke-2 akan berfokus pada isu terkait transformasi ekonomi, energi dan pertambangan, pangan, ketahanan kesehatan, dan kerja sama pembangunan. Tema tahun ini juga menjadi tonggak penting untuk terus mengobarkan semangat KAA tahun 1955 dalam menjawab berbagai tantangan global seperti konflik, penurunan ekonomi, hingga perubahan iklim.

IAF ke-2 merupakan kolaborasi bagi Indonesia serta negara-negara Afrika untuk memperkuat hubungan bilateral, merumuskan langkah strategis, dan upaya bersama dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks di masa kini dan masa yang akan datang.

Dilansir dari laman Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Wakil Menteri Luar Negeri, Pahala Nugraha Mansury, menyatakan bahwa IAF ke- 2 tidak hanya berkaitan dengan ide, tetapi juga dengan aksi nyata yang memberikan hasil.

Sektor-sektor prioritas yang menjadi fokus utama mencakup transformasi ekonomi, energi dan pertambangan, ketahanan pangan, kesehatan, serta kerja sama pembangunan. 

"Untuk sektor swasta dan BUMN, diperkirakan akan ada perjanjian dengan nilai mencapai US$3,5 miliar atau sekitar Rp58 triliun. Kami berharap forum ini tidak hanya membahas rencana-rencana untuk membangun kerja sama antara Indonesia dan Afrika, tetapi juga menghasilkan rencana konkret, mengingat potensi besar yang dapat dikembangkan antara keduanya," katanya, Kamis (29/8/2024) di Jakarta.



Tag: